Senin, 12 September 2011


Lari sambung atau lari estafet

Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu regu lari sambung terdapat empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya. Nomor lari estafet yang sering diperlombakan adalah nomor 4 x 100 meter dan nomor 4 x 400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi pemberian dan penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari.



2.TEKNIK


a. Latihan Teknik Lari Sambung No Latihan Teknik Penerimaan Tongkat 1 Dengan cara melihat (visual) Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil menolehkan kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari sebelumnya. 2 Dengan cara tidak melihat (non visual) Pelari yang menerima tongkat berlari sambil mengulurkan tangan kebelakang. Selanjutnya pelari sebelumnya menaruh tongkat ke tangan si pelari setelahnya.


No Latihan Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat 1 Dari Bawah Jika pemberi memberikan tongkat dengan tangan kanan maka penerima menggunakan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara tangan penerima telah siap di belakang dengan telapak tangan menghadap bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari yang lainnya dirapatkan. Tangan penerima berada di bawah pinggang. 2 Dari atas Jika pemberi memberikan tongkat dengan tangan kiri maka penerima juga menggunakan tangan kiri.


b. Daerah Pergantian Tongkat No Cara Menempatkan Antara Pelari-Pelari 1 Pelari ke 1 Di daerah start pertama dengan lintasan di tikungan 2 Pelari ke 2 Di daerah start kedua dengan lintasan lurus 3 Pelari ke 3 Di daerah start ketiga dengan lintasan tikungan 4 Pelari ke 4 Di daerah start keempat dengan lintasan lurus dan berakhir di garis finish


c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Estafet 1. Pemberian tongkat sebaiknya bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat pada tangan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima/memegang tongkat pada tangan kiri. 2. Penempatan pelari hendaknya disesuaikan dengan keistimewaan dari masing- masing pelari. Misalnya pelari 1 dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam lingkungan. Pelari 2 dan 4 merupakan pelari yang mempunyai daya tahan yang baik. 3. Jarak penantian pelari 2, 3, dan 4 harus benar-benar diukur dengan tepat seperti pada waktu latihan. 4. Setelah memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-masing.


d. Peraturan Perlombaan 1. Panjang daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter, lebar 1,2 meter dan bagi pelari estafet 4 x 100 meter ditambabh 10 meter pra-zona. Pra-zona adalah suatu daerah dimana pelari yang akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi disini tidak terjadi penggantian tongkat. 2


Lari Estafet(Lari Beranting)


Lari Estafet atau sering disebut dengan lari beranting merupakan salah satu
dari cabang atletik.Lari Estafet hanya membutuhkan empat (4) orang
pemain untuk melakukan olahraga tersebut.


Jarak Tempuh Lari estafet : 4×400 M (Putra/Putri) Dan 4×100 M


Start yang sering di gunakan dalam Lari Estafet:


Start Jongkok sering di gunakan pada pelari pertama / (1), Sedangkan
Start Berlari sering di gunakan pada pelari ke-Dua,ke-Tiga,dan ke-Empat /
(2,3,4)


Ada beberapa cara menerima tongkat Estafet:


1.Visual : Dengan menoleh atau melihat ke belakang dan ini hanya di


gunakan untuk lari Estafet yang berjarak 4×400 meter.


Non Visual : Cara ini di gunakan dengan tidak menoleh ataupun melihat ke


belakang,karena jarak yang di gunakan terlalu pendek yaitu 4×100 meter.


Ada ketentuan atau peraturan yang da di olahraga Lari Estafet ini:


1.Di perbolehkan mengambil tongkat estafet apabila tongkat tersebut jatuh
pada saat pergantian penerimaan tongkat pada lari yang berjarak 4×400
meter dengan resiko team tersebut bisa kalah dalam lomba tersebut.


2.Di perbolehkan mengambil tongkat estafet apabila tongkat tersebut jatuh
pada saat pergantian penerimaan tongkat pada lari yang berjarak 4×100
meter dengan resiko team tersebut dapat langsung di diskualifikasi dalam
pertandingan olahraga tersebut.


Ada juga cara yang baik dalam menerima togkat estafet agar tidak


terjatuh yaitu :


1.Sebagai pemain yang ingin memberi tongkat tersebut harus menggunakan
tangan kiri,sedangkan pemain yang menerima tongkat tersebut harus
menggunakan tangan kanan,Itulah beberapa cara yang di gunakan untuk
memberi dan menerima tongkat estafet yang benar dan baik.


GAMBARAN TONGKAT ESTAFET


-Panjang Tongkat Estafet : 29,21 Cm


-Diameter tongkat estafet :


- Untuk Dewasa


: 3,81 Cm


- Untuk Anak-anak


: 2,54 cm






Gambaran Lapangan Atletik untuk Lari


Estafet:


Zona pergantian pada Lari Estafet hanya berada 10 meter di depan garis start atau berada 10 meter di belakang garis start.Seperti Gambar di bawah ini :


Pengertian Lari Sambung (Estafet)


Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu nomor lomba lari pada


perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau berantai. Dalam satu regu


lari sambung ada empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat.


Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor lari yang


lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari kesatu kepada pelari


berikutnya.


Nomor lari sambung yang sering diperlombakan adalah nomor 4×100 meter dan


nomor 4×400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik lari saja yang perlu


diperhatikan, tetapi pemberian dan menerima tongkat di zona (daerah) pergantian seperti


penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari.


Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka, dan Maya bertujuan untuk


meneruskan berita yang elah diketahui sejak lama. Di Yunani, estafet obor


diselenggarakan dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur dan untuk meneruskan api


keramat ke jajahan-jajahan baru. Tradisi api Olimpiade berasal dari tradisi Yunani


tersebutLari estafet 4×100 meter dan 4×400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini,


pertama-tama diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stockholm. Estafet 4×100


meter bagi wanita sejak tahun 1928 menjadi nomor Olimpiade dan 4×400 meter


dilombakan sejak tahun 1972


Teknik Lari Sambung (Estafet)


Suksesnya lari estafet sangat bergantung dari kelancaran penggantian tongkat.


Waktu yang dicapai akan lebih baik (lebih cepat) jika pergantian tongkat estafet


berlangsung dengan baik pula. Suatu regu lari estafet yang terjadi dari pelari-pelari yang


baik hanya akan dapat memenangkan perlombaan, jika mampu melakukan pergantian


tongkat estafet dengan sukses.


Ukuran tongkat yang digunakan pada lari estafet adalah


Panjang tongkat : 28-30 cm


Diameter tongkat : 38 mm


Berat tongkat : 50 gr


Pada lari sambunga ada beberapa macam cara dalam pemberian tongkat estafet dari


pelari kepada pelari berikutnya. Secara garis besar, pergantian tongkat srtafet itu ada 2


macam, yaitu dengan melihat (visual) dan tanpa melihat (nonvisual).


Teknik Penerimaan Tongkat


Perlombaan lari sambung mengenal dua cara penerimaan tongkat, yaitu:






Keterampilan teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat


Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil menolehkan


kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari sebelumnya. Penerimaan


tongkat dengan cara melihat biasanya dilakukan pada nomor 4×400 meter.






Keterampilan teknik penerimaan tongkat estafet dengan cara tidak melihat


Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat


yang akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat tanpa melihat biasanya digunakan


dalam lari estafet 4×100 meter.


Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima tongkat tanpa


melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam pelaksanaannya, antara


penerima dan pemberi perlu melakukan latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat Estafet


Prinsip lari sambung adalah berusaha membawa tongkat secepat-cepatnya yang


dilakukan dengan memberi dan menerima tongkat dari satu pelari kepada pelari


lainnya, agar dapat melakukan teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan


gerak lari dan keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya.


Dalam beberapa perlombaan lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan oleh


regu lainnya hanya karena kurang menguasai keterampilan gerak menerima dan


memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang lainnya. Bahkan, seringkali


suatu regu didiskualifikasi hanya karena kurang tepatnya penerimaan dan pemberian


tongkat.


Lari sambung mengenal dua keterampilan teknik pemberian dan penerimaan


tongkat, yaitu:


Keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah


Keterampilan teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat dengan


tangan kiri. Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat tersebut dengan tangan kiri.


Saat akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah.


Sementara itu, tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan


menghadap ke bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari tangan lainnya


dirapatkan. Keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas


Keterampilan teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari


belakang ke depan, kemudian dengan segera meletakan tongkat dari atas pada talapak


tangan penerima. Pelari yang akan menerima tongkat mengayunkan tangan dari


depan ke belakang dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar


dan raji-jari angan lainnya rapat. Pada keterampilan teknik pemberian tongkat dari atas, pemberian dan penerimaan tongkat dilakukan pada bagian tangan yang sama. Apabila pemberi melakukannya dengan angan kanan, penerima akan melakukannya dengan tangan kanan pula. Daerah Pergantian Tongkat Estafet Antarpelari


Suatu regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik hanya akan dapat


memenangkan perlombaan jika mampu melakukan pergantian tongkat estafet dengan


cepat dan sempurna. Cara menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai berikut.


Pelari ke-1 ditempatkan didaerah start pertama dengan lintasan di tikungan.


Pelari ke-2 ditempatkan didaerah start kedua dengan lintasan lurus.


Pelari ke-3 ditempatkan didaerah start ketiga dengan lintasan ditikungan


Pelari ke-4 ditempatkan di daerah start keempat dengan linasan lurus dan berakhir di


garis finish Latihan Memberi dan Menerima Tongkat Estafet dalam Bentuk Perlombaan Tujuan: melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik. Cara Melakukannya: Buatlah beberapa regu estafet (masing-masing terdiri dari 4 pelari atau siswa) dan masing-masing pelari atau siswa ditempatkan dengan jarak 100 meter


Setalah ada aba-aba ”bersiap” pelari pertama segera menempatkan posisinya (sikap


startjo n g k o k )


Setelah ada aba-aba ”ya”, pelari tersebut berlari secepat-cepatnya menuju pelari atau


atlat kedua yang sudah siap untuk menerima tongkat


Setelah keempat pelari menyelesaikan tugasnya dan pelari terakhir (keempat) masuk


ke garisf i n i s h tanpa membuat kesalahan maka regu yang tiba di garisf i n i s h


pertama keluar sebagai pemenang


Hal-Hal yang Perlu Diperhaikan dan Peraturan Perlombaan Lari Estafet


Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Estafet


Pemberian tingkat sebaiknyasecara bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat


pada angan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima aau memegang tongkat


dengan tangan kiri


Penempatan pelari hendaknya disesuaikan dengan keistimewaan dari masing-masing


pelari. Misalnya, pelari 1 dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam tikungan.


Pelari 2 dan 4 merupakan pelari yang mempunyai daya tahan yang baik.


Jarak penantian pelari 2, 3, dan 4 harus benar-benar diukur dengan tepat


Setelah memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-


masing.


Peraturan Perlombaan


Panjang daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter, 1,20 meter dan bagi pelari


estafet 4×100 meter ditambah 10 meter prazona. Prazona adalah suatu daerah di


mana pelari yang akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi di sini tidak


terjadi pergantian tongkat.


Setiap pelari harus tetap tinggal di jalur lintasan masing-masing meskipun sudah


memberikan tongkatnya kepada pelari berikutnya. Apabila tongkat terjatuh, pelari


yang menjatuhkannya harus mengambilnya.


Tongkat estafet harus berukuran panjang tongkat 28-30 cm, diameter tongkat 38 mm,


berat tongkat 50 gr


Dalam lari estafet, pelari pertama berlari pada lintasannya masing-masing sampai


tikungan pertama, kemudian boleh masuk ke lintasan dalam, pelari ketiga dan


pelari keempat menunggu di daerah pergantian secara berurutan sesuai






kedatangan pelari seregunya.


Diposkan oleh info sahabat di2 0 . 5 2


LARI ESTAFET


Lari bersambung atau biasa disebut lari estafet adalah lari beregu yang terdiri dari 4 orang


pelari. Lari ini dilakukan bersambung dan bergantian membawa tongkat dari garis start


sampai ke garis finish. Sebagian besar keberhasilan regu estafet ditentukan oleh


kelancaran pada saat melaksanakan pergantian tongkat estafetnya.


Start yang digunakan dalam lari bersambung adalah untuk pelari pertama (I)


menggunakan start jongkok. Sedangkan untuk pelari kedua (II), ketiga (III), dan pelari


yang keempat (IV) menggunakan start melayang. Jarak lari bersambung yang sering


diperlombakan dalam atletik baik untuk putra maupun putri adalah 4 X 100 meter atau 4


X 400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi


pemberian dan penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian


jarak dan kecepatan dari setiap pelari.


1. Teknik Lari Bersambung (Lari Estafet).


Satu regu pelari estafet biasanya terdiri dari 4 orang pelari. Keberhasilan yang akan


dicapai oleh tim sangat ditentukan pada saat melakukan pergantian estafet. Suatu tim


pelari harus memiliki pelari-pelari yang tercepat dan mampu melakukan pergantian


tongkat dengan sempurna.


2. Teknik Pergantian tongkat Estafet.


Pergantian Tongkat estafet dalam lari bersambung atau lari estafet terbagi menjadi 2,


yaitu :


Pergantian Tongkat Estafet tanpa melihat (Non Visual) Yaitu cara pelari menerima


tongkat estafet tanpa melihat kepada yang memberi tongkat estafet.


Pergantian Tongkat estafet dengan melihat (Visual) yaitu cara pelari menerima tongkat


estafet dengan melihat ke belakang


(pemberi tongkat estafet).


Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat :


Dari Bawah Jika pemberi memberikan tongkat dengan tangan kanan maka penerima


menggunakan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke


depan melalui bawah. Sementara tangan penerima telah siap di belakang dengan telapak


tangan menghadap bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari yang lainnya


dirapatkan. Tangan penerima berada di bawah pinggang.


Dari atas Jika pemberi memberikan tongkat dengan tangan kiri maka penerima juga






menggunakan tangan kiri.


Pergantian tongkat estafet harus berlangsung di dalam daerah pergantian yang


panjangnya 20 meter. Pergantian tongkat estafet yang terjadi diluar daerah pergantian


akan terkena Diskualifikasi.


3. Cara Memegang tongkat Estafet.


Cara memegang tongkat estafet harus dilakukan dengan benar. Memegang tongkat dapat


dilakukan dengan dipegang oleh tangan kiri atau kanan. Setengah bagian dari tongkat


dipegang oleh pemberi tongkat. Dan ujungnya lagi akan dipegang oleh penerima tongkat


estafet berikutnya. Dan bagi pelari pertama, tongkat estafet harus dipegang dibelakang


garis start dan tidak menyentuh garis start.


4. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Estafet :


1. Pemberian tongkat sebaiknya bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat pada


tangan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima/memegang tongkat pada tangan kiri.


2. Penempatan pelari hendaknya disesuaikan dengan keistimewaan dari masing-masing


pelari. Misalnya pelari 1 dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam lingkungan. Pelari 2


dan 4 merupakan pelari yang mempunyai daya tahan yang baik.


3. Jarak penantian pelari 2, 3, dan 4 harus benar-benar diukur dengan tepat seperti pada


waktu latihan.


4. Setelah memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-masing.


5. Peraturan Perlombaan


lari sprint 100m


TEKNIK LARI SPRINT 100m


By Ricky Saputra Jaya


05601244017


Pjkr Nr 05 FIK UNY


Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar


manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang


kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali


diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia


federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di


Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli


1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang


atletik dengan nama Persatuan


Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik.


Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan


kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter


masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada


dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan


adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa


perbedaan dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau


pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari


menengah (800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau


sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan


maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga


hal yaitu start, gerakan sprint, dan finish.


Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu


rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas


olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik


sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari


sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.


Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:


a. Pengetahuan


Menurut Jujun S. Suriasumantri (1993: 103) pengetahuan pada hakekatnya adalah


merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk kedalamnya


ilmu. Sedangkan menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar (2006; 85) pengetahuan


adalah apa yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah


hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik


atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia


untuk tahu.


b. Aplikasi atau penerapan


Aplikasi teknik merupakan penerapan penggunaan teknik lari sprint yang dilakukan oleh


atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan atlet akan berusaha untuk


mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencapai penampilan terbaik dan


prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda


pula dalam menerapkan atau mengaplikasikan teknik sprint dalam perlombaan. Seperti


yang dikatakan IAAF (1993; 115) kemampuan untuk melakukan suatu teknik yang


sempurna adalah tidak sama sebagai seorang pelaku yang penuh ketangkasan. Atlet yang


tangkas memiliki teknik yang baik dan konsisten dan juga tahu kapan dan bagaimana


menggunakan teknik guna menghasilkan prestasi yang baik.


2. Sprint


a. Pengertian sprint


Lari cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan


kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400


meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint atau lari


cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh yang


menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.


Nomor lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet


senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400 meter.


Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter adalah beragam


sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint yang paling nyata


adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan


cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan


bagi berlari dengan kecepatan tinggi.


Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B)


gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish.


b. Pengertian teknik


Teknik merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara


yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang


dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson Peter J.L,


1993; 115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto (2002; 80) teknik


adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkinuntuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga. Teknik merupakan cara


paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang


dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan.


c. Teknik lari sprint


Teknik adalah sangat kritis terhadap prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui


tahapan lomba tuntutan teknik sprint beragam seperti halnya aktivitas otot-otot, pola


waktu mereka dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap reaksi sampai tahap transisi


tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan kecepatan dari suatu sikap diam di


tempat.


Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang


dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah


dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu


atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan


jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik


ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan


badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF,


1993;22).


Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:


1. Tahap reaksi dan dorongan


2. Tahap lari akelerasi


3. Tahap transisi/perubahan


4. Tahap kecepatan maksimum


5. Tahap pemeliharaan kecepatan


6. Finish


Lomba lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan


pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari


ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan


waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-


duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi


tahap-tahap lomba yang berbeda-beda. Dalam lari sprint terdapat beberapa tahapan yaitu:


1. Start


Menurut IAAF (2001;6) suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut;


a. Konentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba


“bersediaaaaa”


b. Meng-adopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap”


c. Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang


maksimal


Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang


terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat mungkin dengan sudut-start optimum 450.


setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari)


percepatan yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus


menjurus kemungkinan maksimum.


Ada tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok relatif


terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium (medium-start), c.


Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya yang disarankan, ejak ini


memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya dalam waktu yang lebih lama


daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak menuntut


banyak kekuatan seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu pengkajian terhadap


teknik start-jongkok karenanya dapat dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian


dalam gerakan start, yaitu:


a. Posisi “bersediaaa”


Pada posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang paling


cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling depan. Tangan


diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan (lihat gambar ). Kaki belakang


ditempatkan


pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala


segaris dengan tubuh (lihat gambar).


Menurut IAAF (2001;8) posisi “siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet


menerima suatu posstur dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum


dari tiap kaki untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika


kaki diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif dari


otot-otot kaki.


Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;


1. Berat badan dibagikan seimbang


2. Poros pinggul lebih tinggi daripada poros bahu


3. Titik pusat gravitasi kedepan


4. Sudut lutut 900 pada kaki depa,


5. Sudut lutut 1200 pada kaki belakang


6. kaki diluruskan menekan start blok


c. Posisi (aba-aba) “ya”


Daya dorong tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan papan-


pengalas daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada pada


saat start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter.


Kekuatan impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat


dicatat.


Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:


1. kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya


kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan mengawali gerak akselerasi dari titik-


pusat gravitasi atlet dengan cepat menurun.


2. Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit lambat yang memungkinkan


gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan kaki belakang


menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Kenyataannya, daya


kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua kali lipat dari daya


kaki-belakang.


Tahap pemulihan (recovery). Otot-otot flexor lutut mengangkat tumit kedepan pantat


dengan pembengkokan (flexio) kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai bawah


tetap ditekuk ketat terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang memimpin


dipersiapkan untuk suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah dalam langkah


mencakar berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga pengungkit pendek dari kaki


ayun. Kecepatan sudut optimal pada paha berayun kedepan menolong menjamin


frekuensi langkah lari yang tinggi.


Tujuan dan fungsi dari tahap ini adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah.


Kaki rilex, mengayun aktif menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga dan


sebagai tahap lanjutan dan persiapan angkatan lutut. Adapun ciri-ciri atu tangda-tanda


tahap ini adalah:


1. Ayunan rilex kaki belakang yang tidak disangga sampai tumit mendekati panta. Bandul


pendek ini sebagai hasil kecepatan sudut yang tinggi memungkinkan membuat langkah


yang cepat.


2. Angkatan tumit karena dorongan aktif lutut, dan harus menampilkan relaksasi total dari


semua otot yang terlibat.


3. Perjalanan horizontal pinggul dipertahankan sebagai hasil dari gerakan yang dijelaskan


b. Tahap ayunan depan.


Tahap angkat lutut. Tahap ini menyumbangkan panjang langkah dan dorongan pinggang.


Persiapan efektif dengan kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150 dibawah


horizontal. Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan mencakar aktif


dari kaki diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm posisi supinasi dari kaki.


Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak kebawah/kebelakang sebagai suatu indikator


penanaman aktif dari hasil dalam suatu kenaikan yang cepat dari komponen daya


vertikal.


Tujuan dan fungsi tahap ini adalah agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap


panjang langkah yang efektif , dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif.


Teruskan dan jamin jalur perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk mendarat


engan suatu gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap angga depan.


Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda-tanda, yaitu:


1. Angkatan paha/lutut horizontal hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya


sebagai prasyarat paling penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.


2. Gerakan angkat lutut dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang


intenssif.


3. Siku diangkat keatas dan kebelakang.


4. Dlam lanjutan dengan ayunan kedepan yang rilex dari tungkai bawah karena pelurusan


paha secara aktif, dengan niat memulai gerak mencakar dari kaki aktif.


c. Tahap sangga/topang depan


Tahap amortisasi. Pemulihan dari tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat peng-


aktifan awal otot-otot yang tersedia didalam yang diawali dalam tahap sebelumnya. Ide-


nya guna menghindari adanya efek pengereman/hambatan yang terlalu besar dengan


membuat lama waktu tahap sangga/topang sependek mungkin.


Tahap ini mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama.


Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan sebelumnya


dan otot-otot kaki bertujuan untuk membuat ssuatu gerak explossif memperpanjang


langkah sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau tanda sebagai berikut:


1. Gerakan mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan jari-jari keatas.


2. Jangkauan kedepan aktif harus tidak menambah panjang-langkah secara tak wajar,


namun mengizinkan pinggang (pusat gravitassi tubuh) berjalan cepat diatas titik sanggah


kaki.


3. Hindari suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan.


4. Waktu kontakl dalam angga depan harus esingkat mungkin.


d. Tahap sangga/topang belakang


Besarnya impuls dan dorongan horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah


singkat saja. Sudut dorongan sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu perluasan


elastik dari dari sendi kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan ayunan linier lengan


oleh suatu angkatan efektif dari siku dalam ayunan kebelakang, dan ayunan kaki meng-


intensifkan dorongan dan menentukan betapa efektifnya titik pusat massa tubuh dikenai


oleh gerakan garis melintang dari perluasan dorongan. Togok badan menghadap kedepan.


Keriteria untuk tahap-tahap penyanggaan ini adalah:


1. waktu singkat dari periode sangga/topang keseluruhan


2. suatu impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang belakang


3. suatu waktu optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang


4. hampir tidak ada daya pengereman/hambatan pada tahap sanggahan.


Tujuan dan fungsi dari tahap ini adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga untuk


waktu singkat, dan sebagai persiapan dan pengembangan suatu dorongan horizontal yang


cepat. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda, yaitu:


1. Menempatkan kaki dengan aktif, disusl dengan pelurusan sendi-sendi: kaki, lutut,


pinggul.


2. Menggunakan otot-otot plantar-flexor dan emua otot-otot pelurus kaki korset.


3. Badan lurus segaris dan condong kedepan kurang lebih 850 dengan lintasan.


4. Penggunaan yang aktif lengan yang ditekuk kurang lebih 900 ke arah berlawanan dari


arah lomba.


5. Siku memimpin gerakan lengan


6. Otot-otot kepala, leher, bahu dan badan dalam keadaan rilex.


7. Tahap permulaan gerak kaki ayun lutut diangkat.


3. Penguasaan teknik sprint


Dalam penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi


tecapainya penguasaan teknik yang baik. Menurut Thomson Peter J.L (1993; 68) ada 5


(lima) kemampuan biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran atau


komponen-komponen fitnes yaitu kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan, dan


koordinasi.


a. Kekuatan.


Adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi


tiga tipe atau bentuk, yaitu:


1. kekuatan maksimum, yaitu daya atau tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot yang


berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan


dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan


2. Kekuatan elastis, yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak


cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak


kadang-kadang disebut sebagai “power = daya”. Kekuatan ini sangat penting bagi even


eksplosip dalam lari, lompat, dan lempar.


3. Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan otot-otot untuk terus-menerus menggunakan


daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi


antara kekuatan dan lamanya gerakan.


b. Dayatahan.


Dayatahan mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya


dalam waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi dan pada waktu yang sama


mengakhiri prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki dayatahan apabila


tidak mudah lelah atau dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya tahan, dari


semua kemampuan biomotor harus dikembangkan lebih dahulu. Tanpa dayatahan adalah


sulit untuk mengadakan pengulangan terhadap tipe atau macam latihan yang lain yang


cukup untuk mengembangkan komponen biomotor lain. Ada dua tipe macam daya tahan,


yaitu; dayatahan aerobik dan dayatahan anaerobik. Dayatahan aerobik yaitu kerja otot


dan gerakan otot yang dilakukan menggunakan oksigen guna melepaskan energi dari


bahan-bahan otot. Dayatahan aerobik harus dikembangkan sebelum dayatahan anaerobik.


Sedangkan dayatahan anaerobik yaitu kerja otot dan gerakan otot dengan menggunakan


energi yang telah tersimpan didalam otot. Dayatahan anaerobik terbagi menjadi dua yaitu


anaerobik laktik dan anaerobik alaktik.


c. kecepatan. Adalah kemampuan untuk barjalan atau bergerak dengan sangat cepat.


Kecepatan berlari sprint yang asli berkenaan dengan kemamapuan alami untuk mencapai


percepatan lari yang sangat tinggi dan untuk menempuh jarak pendek dalam waktu yang


sangat pendek.


d. Kelentukan. Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui


jangkauan gerak yang luas. Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab umum


terjadinya teknik yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek juga


menghalangi kecepatan dan dayatahan karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk


mengatasi tahanan menuju kelangkah yang panjang.


e. Koordinasi. Yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kesukaran


dengan tepat dan dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi


yang baik tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan


dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.


Selain faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik sprint


terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu faktor psikologis.


Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi ini adalah sama pentingnya


bagi seorang pelatih guna membantu individu-individu (atlet) mengembangkan


bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka, tetapi juga penting untuk


mengembangkan ketangkasan fisik mereka. Ini jelas adalah aspek psikologis dalam


melatih namun juga benar bahwa tak ada bagian dari pelatihan/coaching yang tanpa


aspek psikologis. Adapun faktor-faktor psikologis tersebut diantaranya yaitu;


a. Ketangkasan mental.


Ketangkasan mental ini sangat berguna/penting bagi para pelatih dan atlet. Ketangkasan


mental ini bukan hanya suatu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan


kembali dari cedera tetapi ketangkasan mental juga memainkan peranan penting dalam


mengatur/mengorganisir praktek dan latihan secara efektif sehingga segala sesuatu


berjalan dengan benar. Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan


fisik ssaja tidak menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki


kerangka pemikiran yang benar. Persiapan psikologis sama pentingnya dengan latihan


kondisioning fissik. Menyiapkan keduanya bersama-sama akan menciptakan prestasi


terbaik. Ketangkasan mental ini memerlukan latihan praktek dengan cara yang sama


seperti pada skill fisik/jasmaniah. Dengan skill/ketangkasan fisik, beberapa individu akan


mengambil/memperoleh ketangkasan mental lebih gampang dibanding dengan orang


lain. Dengan praktek, setiap orang dapat meningkatkan ketangkasan mental mereka.


b. Motivasi.


Motivasi merupakan suatu kecendrungan untuk berperilaku secara selektif kesuatu arah


tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku tersebut dapat


dicapai. Pada dasarnya motivassi adalah betapa besarnya keinginan seorang individu


untuk meraih/mencapai suatu sasaran. Setiap individu memiliki tujuan/sasaran yang


berbeda-beda dalam keterlibatannya dalam dunia atletik. Tujuan/sasaran itu misalnya;


mencari kegembiraan, memahirkan skill baru, berlomba dan menang, menambah teman,


serta masih banyak lagi tujuan/sasaran lain yang selalu berbeda pada setiap individunya.


Dikatakan Thomson Peter J.L. (1993: 135) tekanan dari luar dari pelatih dan orang tua


adalah tidak mungkin meningkatkan motivasi pada atlet dalam jangka jauh dan mungkin


kenyataannya berkurang. Motivasi sendiri dan pengisiannya adalah yang membuat suatu


sukses yang sebenarnya bagi atlet, dan bukan ambisi yang dipaksakan oleh orang lain.


Pelatih membantu atlet mengerti apa yang ingin atlet raih, tujuan, dan bagaimana cara


meraihnya.


c. Kontrol emosi.


Kontrol emosi adalah suatu kemamapuan seorang atlet dalam mengendalikan perasaan


dalam menghadapi uatu ituasi tertentu. Menurut Thomson Peter J.L. (1993;136)


kegelisaan berarti berapa banyak seorang individu tergetar atau siap dalam menghadapi


suatu situasi tertentu. Rasa gelisa selalu timbul dalam setiap situasi, meskipun bila


tingkatannya rendah kita tidak dapat memperhatikannya. Banyak rasa gelisa ini


ddigunakan secara tidak benar yang berarti hanya sifat-sifat individu yang menunjukkan


tingkat yang sangat tinggi akan kegelisaan. Gejala-gejala kegelisaan dapat terlihat dalam


dua bentuk yaitu: Khawatir dan getaran fisiologis. Rasa khawatir mengacu kepada pikiran


atau kesan tentang apa yang mungkin terjadi dalam suatu event yang akan datang,


sedangkan getaran fisiologis adalah bagian dari persiapan (alami dalam) badan untuk


suatu perlombaan. Contoh dari getaran fisiologis termasuk meningkatnya denyut jantung,


keluar peluh/keringat dan rasa ingin buang hajat (besar/kecil) pergi kekamar kecil.


Penguasaan teknik sprint adalah sangat penting untuk mencapai prestasi maksimal.


Menurut Djoko P. Irianto (2002), dalam perlombaan teknik memiliki peran antara lain:


(1) Sebagai cara efesien dalam mencapai prestasi, (2) Dapat mencegah atu mengurangi


terjadinya cedera, (3) sebagai modal untuk melakukan taktik, (4) meningkatkan


kepercayaan diri. Sukadiyanto (2005) mengatakan, teknik yang benar dari awal selain


akan menghemat tenaga untuk gerak sehingga mampu bekerja lebih lama dan berhasil


baik juga juga merupakan landasan dasar menuju prestasi yang lebih tinggi. Dengan


teknik dasar yang tidak benar akan mempercepat proses stagnasi prestasi, sehingga pada


waktu tertentu prestasi akan stagnasi (mentok), padahal semestinya dapat meraih prestasi


yang lebih tinggi.


Menurut Djoko P. Irianto (2002; 80) penguasaan teknik dipengaruhi oleh beberapa faktor


antara lain;


a. Kualitas fisik yang relevan


b. Kualitas psikologis atau kematangan bertanding


c. Metode latihan yang tepat


d. Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu.


Menurut Josef Nossek (1982), terdapat tiga tahapan dalam proses belajar teknik:


a. Pengembangan koordinasi kasar. Bentuk-bentuk gerakan kasar dapat dikarakteristikkan


sebagai penguasaan teknik-teknik kasar dan terbatas yang berkenaan dengan kualitas


gerakan-gerakan yang diperlukan, seperti:


1. Pengaruh kekuatan yang tidak memadai, pemborosan energi, kram otot (koordinasi


otot yang rendah) dengan konsekuensi kelelahan yang cepat.


2. Unsur-unsur gerakan tunggal yang tidak digabungkan dengan lancar, karena kurangnya


koordinasi.


3. Gerakan-gerakan belum cukup tepat.


4. kekurangan keharmonisan dan ritme gerakan-gerakan yang diamati.


b. Pengembangan koordinasi halus. Bentuk gerakan-gerakan halus dicapai melalui


pengulangn-pengulangan lebih lanjut yang mengambangkan kualitas gerakan-gerakan.


Tempo tersebut meningkat sampai pada kecepatan yang kompetitif. Bagian-bagian


gerakan tungggal untuk teknik-teknik yang lebih kompleks dikembangkan secara terpisah


dan dikombinasikan bersama. Aspek-aspek dalam tahap ini bercirikan:


1. Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa kesalahan.


2. gerakan-gerakan distabilkan.


3. Gerakan-gerakan lebih berguna dan hemat, tidak ada pemborosan energi.


4. Beberapa gerakan-gerakan tidak benar yang terjadi dalam tahap pertama tidak tampak


lagi.


5. Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar dan harmonis.


6. Gerakan-gerakan tersebut tepat.


Namun demikian dalam tahap belajar ini, teknik-teknik tersebut tidak dilakukan secara


otomatis. Atlet tersebut masih harus mengkonsentrasikan pada bagian-bagian yang


berbeda dari gerakan-gerakan dan oleh karena itu penerapan taktis hanya dimungkinkan


sebagian.


c. Tahap stabilisasi dan otomatisasi.


Tahap stabilisasi; pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia


dapat menerapakan teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut


mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari


suatu kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai


melalui praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para


atlet dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh dari


kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan.






Prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental


atau psikis, sehingga aspek tersebut perlu dipersiapkan secara menyeluruh, sebab satu


aspek dengan aspek lain akan menentukan aspek lain. Fisik merupakan pondasi bagi


olahragawan, sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan dengan baik jika


olahragawan memiliki kualitas fisik yang baik. Jadi teknik dapat dikembangkan dan


dikuasai jika atlet memiliki kualitas fisik yang baik
0